Merajut Kisah si Pejuang Ilmu di Rantau
Terkikisnya rindu dikala kesepian membalut.
Senyum, tawa, perintah, kemarahan, nasihat, raut muka itu selalu
terngiang diruang hampa kerinduan.
Pengharapan yang telah ditargetkan
raihlah.
Akhir akan terasa nyaman bila di penuhi kerasnya pengorbanan.
Percayalah, tak akan sia-sia.
Akhir lebih diutamakan seharusnya,
tahapan ialah keutamaan yang saling keterikatan.
Nikmatilah. Waktu sunyi memang akan berliku, akan tetapi itulah hikmatnya perjalanan.
Tunggulah. Hari terbaik akan segera datang.
Nikmatilah. Waktu sunyi memang akan berliku, akan tetapi itulah hikmatnya perjalanan.
Tunggulah. Hari terbaik akan segera datang.
***
Menjadi seseorang yang tinggal di rantau mewajibkan seseorang untuk mempunyai mental yang kuat agar bertahan di sebuah lingkungan baru yang terkadang mempunyai sisi yang bisa banyak diambil manfaat nya ada pula sisi yang dimana kita harus berjuang didalamnya demi mempertahankan niat awal kita merantau.
Hidup dirantau tidak lah semudah yang dulu dibayangkan, pemikiran kekanakan seakan membuat kita sadar pentingnya memiliki nilai bertahan dan sikap tanggung jawab besar akan masa depan.
Di tanah seberang juga kedewasaan itu semakin
meningkat, mengambil keputusan cepat dan rasa tanggung jawab haruslah
sejalan. Begitu juga pengetahuan kita tentang keagamaan ataupun yang lain
semakin membaik, semakin tersadar tidak ada suatu hal pun yang lebih kita
harapkan kecuali kedekatan kepada sang pemilik hati Allah SWT.
Ya di rantau lah kita sadar akan makna penghidupan.
Jauh dari zona nyaman, hanya kepada yang Kuasa satu-satu nya kita bisa
mendekat dan semakin banyak berharap. Tidak ada yang mampu menolong selain dari
Nya.
Banyak juga dirantau lah kami tersadar, seperti halnya
perempuan dalam menutup aurat. Pengalaman salah seorang teman terdekat saya,
dari yang dulu memakai pakaian yang menurut nya itu seksi hingga di rantau
berubah menjadi syar'i. Masya Allah. Ataupun yang dulu tidak pernah sholat,
jarang membaca Al-Qur'an hingga sekarang menjadi penghafal. Akan tetapi karena
tidak sanggup bertahan di lingkungan yang menurutnya itu susah, akhirnya ada
beberapa juga yang melepas kerudungnya agar bisa berteman dan berbaur dengan
penduduk asli ataupun karena takut. Dan terdapat pula beberapa anak muda yang
jika banyak masalah malah menghindar ke sesuatu yang sangat dilarang diagama
seperti minum alkohol dan ganja. Itulah, tergantung dari kepripadian itu
sendiri untuk memilih. Disamping itu lingkungan jua lah yang seakan terkadang
mengikat, mempengaruhi kita. Lingkungan yang baik tentu pula mengarahkan kita
kearah yang lebih baik pula begitupun sebaliknya. Tetapi sebelum itu apakah
kita benar-benar nyaman dengan keputusan kearah yang berlawanan tersebut?
Apakah bahkan ada secuil penyesalan melintas? Tidak pernah kah kita bertanya
apakah itu pilihan yang baik, apakah memberi banyak manfaat? Apakah
tidak ada dari hal itu yang merugikan diri sendiri? Mungkin terkadang kita pun
bisa salah menilai, yang menurut kita baik belum tentulah baik menurut Allah
untuk kita. Kembali lagi bercermin pada diri sendiri.
Realita dan ekspektasi
hidup di rantau dahulu seakan terlihat sama, tetapi setelah menjalaninya
terlihat jelas lah perubahannya. contohnya saat sebelum berangkat sekolah
bachelor ke jerman diceritakan bahwasanya kuliah di jerman gratis, bisa kerja
sambil kuliah ataupun liburan dan menghasilkan banyak uang agar tidak perlu
dikirimi orang tua lagi, masuk kuliah tidak terlalu susah, dan sebagainya.
Memang ada benarnya, hanya saja tidak diceritakan sisi kekurangan nya kuliah
diluar negeri seperti jerman. Bagaimana susah dan sengitnya persaingan masuk
Studienkolleg, setelah itupun bagaimana juga perjuangan agar lulus Feststellungsprüfung, bagaimana
misalnya mencari uang buat kebutuhan sendiri jikalau orangtua kita sudah tidak
mampu lagi mengirimi uang bulanan kita selama dirantau, belum lagi setelah itu
bagaimana berjuang lulus ujian dan lulus kuliah, bagaimana mengurus visa yang
terkadang bagi beberapa orang itu mematikan, bagaimana tidak itu menentukan
hidup mati seseorang di jerman. Banyak juga yang pulang ke Indonesia karena
tidak bisa perpanjang visa disebabkan Ausländerbehörde nya menolak karena satu
dan lain hal, ada juga kota yang mempuat peraturan yang harus penuh di rekening
8000 Euro, ada juga yang ngelihat nilai ujian semester. Untung nya karena
mahasiswa indonesia yang lain sudah paham akan kondisi seperti ini, jadi bisa
saling meminjam uang sesama mahasiswa buat perpanjangan visa sampai direkening
terisi penuh 8000 euro(sedikit romantis sih dibagian ini).
Pertanyaan lain
bagaimana bila kita tidak bisa masuk ke kampus negeri dan bisanya hanya
di universitas swasta yang biaya per semesternya subhanallah bisa naikin
orang naik haji, baru per smester loh belum untuk tiga atau empat tahun, serius
loh bayaran per semester kurang lebih 5000 euro. Belum lagi biaya hidup
perbulan seperti bayar rumah, asuransi, uang makan, dan sebagainya yang kurang
lebih minimal 400-500 Euro atau 6-7 juta rupiah per bulan.
Belum lagi terkadang
yang menjadi pikiran yaitu orang di Indonesia yang punya ekspektasi yang luar
biasa terhdapat perantau di jerman, mengatakan kuliah diluar negeri itu
enak, hidup nya nyaman, bisa jalan-jalan keliling eropa, banyak teman seluruh
dunia, yang padahal terkadang realita nya tidak semulus dan semanis itu.
Tentu saja kadang di media sosial kebanyakan orang hanya memperlihatkan
kesenangannya dirantau, tidak mungkin juga kan kepahitannya di tunjukkan. Pertanyaan
kapan lulus? sudah semester berapa? sudah menjadi sarapan
sehari-hari rasanya, memang niatnya baik mereka memperlihatkan kepeduliannya
terhadap kita disini. Saya juga tidak tahu bagaimana perjuangan kuliah diluar
negeri lain, tetapi kalau dijerman memang yang diapakai secara umum untuk
bachelor yaitu bahasa jerman dan begitulah memang belajar harus super rajin
untuk orang-orang seperti saya.
Kondisi seperti ini
pun juga banyak yang mengalaminya (kekurangan uang, permasalahn dengan kuliah,
ingin pindah jurusan, dsb). Beberapa teman terdekat saya juga sedang
berjuang - juang nya dengan kondisinya. Kami pun sudah mengerti dengan kondisi
sekarang dan saya pun sangat bersyukur dan penasaran, seperti apa kelanjutan
kisah kami diperantauan ini nantinya.
Bagaimana mengatur
waktu antara kuliah, kerja, dan kegiatan lain dalam seminggu?
Saya juga semakin
kagum dengan orang yang sangat bisa mengatur waktu antara kuliahnya, kerja, organisasi
dan sebagainya yang itu tidak mmebuat kuliahnya terbengkalai malahan kuliahnya
lancar. Dulu saya pernah mengenal orang seperti itu dan masya allah ternyata sekarang
saya sendiri juga yang mengalami nya dan takjup akan perkataan kakak itu
dahulu.
Kadang kalau lagi
jalan sendirian, saat dikereta sering terpikir ini
beneran luar negeri? kok bisa ya sampai disini? Seperti
mimpi saja hidup dinegara asing hehe.
Beruntungnya karena
lokasi jerman yang juga strategis, memudahkan jika ingin pergi jalan-jalan
keliling Eropa. Biasanya juga banyak penawaran-penawaran tiket yang
sangat murah. Nah jalan keliling kota di Jerman juga menarik loh, banyak
juga tempat-tempat wisata di Jerman yang menarik apalagi yang bisa
ditempuh dengan tiket semester.
Nah satu lagi beneran lho kalau sudah tinggal jauh dari rumah, tiba-tiba kita sendiri langsung bisa masak tanpa disadari. Berawal dari coba-coba masukin bumbu apa saja yang penting enak hingga akhirnya bisa jadi koki (bukan saya haha). Alasan pertama karena dari pada beli makanan diluar ya lebih baik ber esksperimen dalam makanan, masak sendiri dan makan juga sendiri. Nah mungkin karena itu rata-rata pelajar di rantau bisa masak. Tidak seperti di indonesia, saat malas masak ya tinggal beli di ampera atau rumah makan terdekat yang harganya sangat pas dikantong pelajar. Sedangkan disini sekali makan diluar mulai dari 3 Euro, itu pun cuman dapat Döner ataupun yang lain. Jika ingin makan banyak seperti nasi ataupun mie pakai daging dan lain nya ya mungkin bisa dibilang mahal, mulai dari sekitar 6 Euro. Kalau mau makan banyak nambah-nambah tanpa batas ya makan direstoran buffet atau all you can eat, tetapi harga nya mulai dari 12 euro an. Bagi pelajar kalau sudah memasuki waktu kuliah itu akan masak seadanya dan beli bahan yang gampang jadi, agar tidak menganggu aktifitas belajar apalagi waktu ujian kemungkinan cuman makan mie instan(becanda hehe).
Surga untuk makan banyak secara gratis terus masakan urang awak(Indonesia) ya pas ada pengajian bulanan atau ada acara Indonesia yang lain. Nah biasanya di kebanyakan kota di Jerman yang memang banyak berdomisili keluarga dan pelajar muslim dari Indonesia, biasanya pasti disetiap bulan berturut-turut ada pengajian bulanan. Disini karena yang masak atau membawa makanan itu bergiliran, jadi nya ya banyak banget pilihan masakan nya.
Bahkan keseringan lho makanan nya berlebih, tidak jarang juga para pelajar disuruh membawa pulang, nah dirumah bisa dihangatin lagi buat besok hehe. Untung kan ikut pengajian? Disamping dapat banyak bekal ilmu agama, mengisi ulang iman biar selalu istikamah, ditambah lagi bisa menyuntik asupan gizi haha. Kurang apalagi coba?
Ataupun ketika banyak acara atau Seminar yang
mendatangkan sumber dari negara kita, biasanya PPI ataupun lembaga lain yang
mengundang. Seru kan? Walau memang jauh dari kota saya ke kota tempat acara
tersebut, namun karena keingintahuan dan jalan-jalan serta silaturrahim menjadi
alasan buat datang.
Dan ternyata, dulu sebelum berangkat terpikir bahwa
untuk pulang disaat liburan ke indonesia akan sulit dan mahal, ternyata tidak
seperti itu juga, jikalau ingin pulang ya gampang juga banyak juga penawaran
tiket pesawat murah mulai dari 400-an Euro.
Dan juga kadang islamphobia orang-orang itu juga
tidak banyak yang saya jumpai, saya dulu awalnya takut dirasisin karena memakai
kerudung dan sebagainya dan ternyata selama ini belum pernah mengalaminya
paling yang keseringan dilihatin terus sama beberapa orang, mungkin karena dijerman
sudah banyak juga orang-orang muslim yang berhijrah dan menetap disini,jadi
kebanyakan pendudukyna sudah terbiasa melihat perempuan berkerudung.
Lalu disini juga teman seperjuangan nya banyak, cerita kita juga cerita orang lain
seperti itulah istilahnya soalnya permasalah anak-anak kuliah disini itu sama
kalau gak tentang kuliah ya dibagian finansial jarang banget ada cerita galau bertahun-tahun
karena di putusin ataupun gak punya pacar. Hmm jauh banget dari masalah
itu.
Gak tahu juga gimana di indonesia ya. Kalau disini misalnya
gak lulus ujian itu terkadang mendengarnya
sudah biasa gitu hahaha bukan sesuatu yang aneh, untung nya dikasih tiga kali
kesempatan untuk ujian(siapa juga sebenarnya yang mau gak lulus, cuman ya
terkadang ujiannya susah haha).
Nah satu yang saya
suka dari pelajar jerman. Mereka itu disiplin waktu banget. Contohnya nih waktu
kuliah memang difokuskan buat belajar waktu main ya emang main. Senin sampai jumat biasanya mereka memang
sibuk-sibuknya kuliah, sedangkan sabtu minggu saat akhir pekan ya mereka memang
menggunakan nya buat main, berpesta
misalnya. Tetapi senin nya mereka balik lagi gitu keaktifitas awal kuliah. Gak
kayak kita terkadang karena keasikan main ya jadinya keterusan main hehe.
Kesimpulan utama nya sih dimana-mana kuliah itu memang susah, kita
aja sebenarnya yang dituntut untuk belajar lebih. Seandainya kita rajin dan
fokus untuk belajar tentu saja kuliah kita akan lancar dan berdampak baik bagi
kita kedepannya. Tergantung dari diri kita sendiri lagi, seperti kata imam Syafi’i
„jika kamu tidak dapat menahan lelahnya
belajar, maka kamu harus sanggup menahan
perihnya kebodohan“.
By : Elvi Efriani
0 komentar: